Minggu, 28 Juli 2013

Jika aku mati



Bismillah. 

Hanya ingin menuliskan apa yang terjadi beberapa saat lalu. Untuk sebuah penguatan diri, untuk sebuah motivasi ataupun muhasabah. Tepatnya disaat hari jum’at fajar, bulan ramadhan, tertanggal 26 juli 2013.

Aku bermimpi, mati

Singkat cerita dalam mimpiku. Disebuah kota aku bertemu dengan seseorang, aku lupa dia seorang perempuan atau lelaki. Yang jelas aku diajaknya melihat sebuah kuburan. Tanpa daya, tak mengelak sekalipun, aku mengikutinya, dengan santai. 

Tiba-tiba, aku diajaknya untuk menggali suatu kuburan yang sudah lama. Dia menunjukkan bahwa inilah kuburanku. Sontak aku kaget dibuatnya. 

Dia bercerita bahwa dulunya aku mati hari jum’at, aku mati ketika mau adzan, dan ajaibnya jasadku masih utuh hingga kedatanganku dalam mimpi itu, hanya tubuhku yang banyak berkeringat. 

Memang beberapa hari ini, aku dijumpai oleh beberapa kenyataan kematian dari seseorang, meski tak ku kenal. Dalam gumam, “betapa enaknya kalau meninggal dihari jum’at, waktu bulan ramadhan, eh tidak, waktu syawal, saat semua puasa sudah dibayar.”

Tak jauh berbeda ketika aku dan salah satu teman berkunjung ke Malang (karena posisi sedang KKM di Kepanjen), saat itu hari jum’at dan aku berkata kepadanya, “enak ya, hari jum’at begini, meninggal saat ramadhan pula.”

Singkat kata dia, “Iya, subhanalloh ya. Gimana kalau kita bunuh diri biar mati sekarang?”

“Nggak husnul khotimah dong?” 

Dan kitapun tertawa dengan renyah.

Bukan itu yang menjadi inti cerita yang ingin aku ceritakan pada kalian, kin. 

Pagi hari tepat disaat seusai dhuha, aku berkata pada bapak tentang mimpi ini. Ya, aku memang tak bisa menyembunyikan apapun dari orangtuaku. 

Dengan polos beliau mengatakan, “Mungkin kurang banyak do’a, bapak selalu berdo’a agar anak-anak bapak jadi orang pilihan. Orang yang dipilih Alloh untuk menghafal al-qur’an. Cuma itu do’a bapak terus-terusan selama ramadhan ini”

Sontak wajahku berair selepas kepergian bapak. Entah haru atau sesal selama ini sudah apa untuk mereka. Dalam sujud, ada do’a untuk menjalankan perintah bapak, untuk menjadi orang pilihan.
Aku selalu ingat kata bapak yang sampai saat ini belum bisa aku lakukan.

“Jadi aktifis di kampus itu bagus, demo-demo membela rakyat itu bagus, tapi yang lebih bagus ketika sampean memakmurkan masjid, ndug.”

Duh, pipiku selalu berair kalau ingat keinginan beliau kepadaku dan adik kecilku. Ya, selalu ada do’a semoga kamu menjadi salah satu pemimpin yang akan memimpin bangsa ini, dek. 

Bukan kematian yang aku takutkan, aku hanya takut ketika aku mati, aku belum melaksanakan keinginan bapak. 

Aku hanya takut ketika aku mati dalam dekat ini, siapa yang akan mendo’akan ibu-bapak nanti. 

Aku hanya takut ketika aku mati dalam dekat ini, cintaku belum genap sempurna pada dua cintaku saat ini (mereka).

Mungkin saking takutnya, pada hari jum’at itu aku pergi untuk sibuk pada beberapa amanah. Hingga aku lupa kalau setiap hari jum’at, aku selalu mempersiapkan baju koko untuk sholat jum’at bapak.

1 komentar:

  1. seminggu belakangan sy malah mimpi kematian orang terdekat.. it was made more sadness :(

    BalasHapus