Bismillah.
Hanya ingin
menuliskan apa yang terjadi beberapa saat lalu. Untuk sebuah penguatan diri,
untuk sebuah motivasi ataupun muhasabah. Tepatnya disaat hari jum’at fajar,
bulan ramadhan, tertanggal 26 juli 2013.
Aku
bermimpi, mati.
Singkat
cerita dalam mimpiku. Disebuah kota aku bertemu dengan seseorang, aku lupa dia
seorang perempuan atau lelaki. Yang jelas aku diajaknya melihat sebuah kuburan.
Tanpa daya, tak mengelak sekalipun, aku mengikutinya, dengan santai.

Dia
bercerita bahwa dulunya aku mati hari jum’at, aku mati ketika mau adzan, dan
ajaibnya jasadku masih utuh hingga kedatanganku dalam mimpi itu, hanya tubuhku
yang banyak berkeringat.
Memang
beberapa hari ini, aku dijumpai oleh beberapa kenyataan kematian dari
seseorang, meski tak ku kenal. Dalam gumam, “betapa enaknya kalau meninggal
dihari jum’at, waktu bulan ramadhan, eh tidak, waktu syawal, saat semua puasa
sudah dibayar.”
Tak jauh
berbeda ketika aku dan salah satu teman berkunjung ke Malang (karena posisi
sedang KKM di Kepanjen), saat itu hari jum’at dan aku berkata kepadanya, “enak
ya, hari jum’at begini, meninggal saat ramadhan pula.”
Singkat kata
dia, “Iya, subhanalloh ya. Gimana kalau kita bunuh diri biar mati sekarang?”
“Nggak
husnul khotimah dong?”
Dan kitapun
tertawa dengan renyah.
Bukan itu
yang menjadi inti cerita yang ingin aku ceritakan pada kalian, kin.
Pagi hari
tepat disaat seusai dhuha, aku berkata pada bapak tentang mimpi ini. Ya, aku
memang tak bisa menyembunyikan apapun dari orangtuaku.
Dengan polos
beliau mengatakan, “Mungkin kurang banyak do’a, bapak selalu berdo’a agar
anak-anak bapak jadi orang pilihan. Orang yang dipilih Alloh untuk menghafal
al-qur’an. Cuma itu do’a bapak terus-terusan selama ramadhan ini”
Sontak
wajahku berair selepas kepergian bapak. Entah haru atau sesal selama ini sudah
apa untuk mereka. Dalam sujud, ada do’a untuk menjalankan perintah bapak, untuk
menjadi orang pilihan.
Aku selalu
ingat kata bapak yang sampai saat ini belum bisa aku lakukan.
“Jadi
aktifis di kampus itu bagus, demo-demo membela rakyat itu bagus, tapi yang
lebih bagus ketika sampean memakmurkan masjid, ndug.”
Duh, pipiku
selalu berair kalau ingat keinginan beliau kepadaku dan adik kecilku. Ya,
selalu ada do’a semoga kamu menjadi salah satu pemimpin yang akan memimpin
bangsa ini, dek.
Bukan
kematian yang aku takutkan, aku hanya takut ketika aku mati, aku belum
melaksanakan keinginan bapak.
Aku hanya
takut ketika aku mati dalam dekat ini, siapa yang akan mendo’akan ibu-bapak
nanti.
Aku hanya
takut ketika aku mati dalam dekat ini, cintaku belum genap sempurna pada dua
cintaku saat ini (mereka).
Mungkin
saking takutnya, pada hari jum’at itu aku pergi untuk sibuk pada beberapa
amanah. Hingga aku lupa kalau setiap hari jum’at, aku selalu mempersiapkan baju
koko untuk sholat jum’at bapak.
seminggu belakangan sy malah mimpi kematian orang terdekat.. it was made more sadness :(
BalasHapus